Sabtu, 11 Desember 2010

tarian jepang/japan dance


 Tari AwaTari Awa
                      
Tari Awa (阿波踊り, Awa Odori?) adalah tari asal Provinsi Awa (Prefektur Tokushima), Jepang yang ditarikan secara beramai-ramai di berbagai kota dan desa di Prefektur Tokushima untuk menyambut perayaan Obon. Setiap tahun tanggal 12-15 Agustus, tari Awa dilangsungkan di tengah kota Tokushima.
Penari Awa menari dalam kelompok-kelompok yang disebut ren sambil berpawai di jalan-jalan. Satu kelompok penari bisa terdiri dari lusinan penari. Tari Awa adalah sejenis Bon Odori. Penari wanita menari dengan posisi tubuh tegak dan tangan yang digerak-gerakkan di atas kepala. Pria menari dengan pinggul direndahkan, serta gerakan tangan dan kaki yang dinamis.
Musik pengiring menggunakan alat musik yang terdiri dari shamisen, perkusi (taiko dan tsuzumi), genta (kane), dan flute (yokobue). Lagu yang dimainkan adalah lagu populer dari zaman Edo yang berjudul "Yoshikono". Liriknya berupa ajakan kepada penonton untuk turut menari, "Erai yatcha, erai yatcha, yoi yoi yoi yoi, odoru ahō ni miru ahō, onaji ahō nara odorana son son." Lagu "Yoshikono" hanya digunakan untuk mengiringi kelompok tari Awa yang terkenal, sedangkan kelompok tari Awa yang lain menari dengan diiringi seruan "Yatto sā Yatto saā".
Selain dipertunjukkan di Prefektur Tokushima, kelompok tari Awa asal Tokushima sering berkeliling di kota-kota besar di Jepang (khususnya di wilayah Kanto). Di distrik Suginami-ku, Tokyo, tari Awa diselenggarakan kuil Kōenji bersama pusat perbelanjaan di dekatnya.

 

Asal-usul

Festival tari Awa sudah diselenggarakan sejak 400 tahun yang lalu, dan merupakan salah satu dari 3 matsuri terbesar di Shikoku. Tari Awa sering dikatakan berasal dari gerakan tari disertai pengucapan doa agama Buddha. Penjelasan lain mengatakan bahwa penguasa Istana Tokushima yang bernama Hachisuka Iemasa memerintahkan penduduk Tokushima untuk menari beramai-ramai setelah istana selesai dibangun. Menurut cerita yang lain, tari Awa mulai ditarikan orang sejak Tokushima dijadikan wilayah administrasi (han) tersendiri.

Kelompok tari

Di Prefektur Tokushima terdapat lebih dari 1.000 kelompok tari Awa (ren), dan sekitar 350 kelompok di antaranya dimiliki perusahaan atau pengusaha. Kelompok tari yang sudah mapan biasanya menjadi  
anggota Asosiasi Promosi Tari Awa (Awa Odori Shinkō Kyōkai) atau Asosiasi Tari Awa Prefektur Tokushima (Tokushima-ken Awa Odori Kyōkai).
Selain itu, di Tokushima terdapat banyak kelompok kecil yang beranggotakan orang yang memang berminat menari, klub ekstrakurikuler mahasiswa, atau grup tari yang disponsori perusahaan atau pusat perbelanjaan. Pada tahun 2006, festival tari Awa di kota Tokushima diikuti oleh 960 kelompok tari. Ditambah dengan penonton yang ikut menari, orang yang menari di jalan-jalan kota Tokushima diperkirakan berjumlah di atas 100 ribu orang.

Kostum tari


Penari wanita

  • Penari wanita mengenakan yukata dan topi anyaman (amigasa) yang hampir menutupi wajah bagian atas. Alas kaki yang digunakan adalah sandal dari kayu yang disebut geta.
  • Pada gerakan tari untuk wanita, kaki dan tangan digerakkan secara anggun.
  • Berlainan dengan yukata yang dikenakan sehari-hari, penari Awa mengenakan yukata berikut pakaian dalam (juban), rok dalam (susoyoke), dan penutup lengan yang disebut tekko.

Penari pria       


  • Tari yang dibawakan penari pria yang mengenakan setelan happi (hanten) dengan celana pendek disebut Hanten Odori (tari hanten). Pria bisa juga mengenakan yukata dengan kain yukata di bagian kaki diangkat ke bagian pinggang, sehingga celana pendek yang dikenakan terlihat. Bila mengenakan yukata, maka tarian tersebut disebut Yukata Odori (tari Yukata).
  • Anak perempuan sering memakai kostum penari laki-laki, dan menarikan gerakan tari Awa untuk pria. Sebaliknya, pria tidak menarikan gerakan tari Awa untuk wanita.
  • Pada gerakan tari untuk pria, tangan dan kaki bergerak dengan bebas dan dinamis.
  • Penari sering pria menggunakan uchiwa (kipas bundar) dan tenugui (saputangan panjang) sebagai perlengkapan menari.

Jongmyo Jerye

Tarian

Tari Ilmu atau Tarian Baris
Tarian yang dipentaskan dalam Upacara Agung Jongmyo dinamakan Ilmu atau "Tari Baris".[19] Tarian ini ditarikan dengan berbaris oleh kelompok penari berjumlah 64 orang dengan iringan musik pada saat berlangsungnya prosedur upacara di dalam kuil.[19] Dinasti Goryeo mengadopsi tari ini dari Cina, yang formasinya terdiri dari 64 orang penari, masing-masing penari membentuk 8 baris, sehingga disebut juga Palilmu (Tari Delapan Baris).[13] Pada masa pemerintahan Raja Sejong, Ilmu ditarikan di perayaan-perayaan istana dan pada masa pemerintahan Raja Sejo, tari ini mulai dipentaskan dalam ritual Upacara Jongmyo.[13]

Konsep tarian ini merupakan gabungan daripada dua buah energi, yin dan yang, yang dilambangkan dengan 2 buah kelompok penari, Munmu dan Mumu..Munmu yang disebut juga Botaepyeong-ji-mu berarti tarian Ilmu yang merepresentasikan pencapaian dan prestasi raja yang telah mensejahterakan rakyatnya, sementara Mumu atau Jeongdae-eop-ji-mu merupakan tarian yang melambangkan keagungan dan kecakapan armada militer raja.   

    Kyōgen        

Kyōgen (狂言?) bisa berarti:
  1. Teater humor tradisional Jepang yang merupakan perkembangan unsur humor pertunjukan Sarugaku. Kyōgen dan Noh merupakan seni tradisional Jepang yang sama-sama berakar dari Sarugaku. Sejak zaman Meiji, istilah Nōgaku atau Nohgaku (能楽?) sering digunakan untuk menyebut Noh dan Kyōgen.
  2. Salah satu jenis pertunjukan Kabuki yang disebut Kabuki-kyōgen atau cukup disebut Kyōgen.
Noh adalah teater musikal dengan menggunakan topeng yang disebut omote dalam istilah noh. Dalam noh, abstraksi dan simbolisme diekspresikan secara kuat melalui unsur gerak tari, dengan sebagian besar cerita yang bertemakan tragedi. Sebaliknya, sebagian besar peran dalam kyōgen tidak diperankan memakai topeng. Kyōgen mengembangkan lebih lanjut unsur-unsur komedi dan seni meniru gerak-gerik (pantomim) yang ada pada Sarugaku, termasuk naskah dialog dan penggambaran karakter secara realistik. Sebagian besar cerita yang dipentaskan dalam kyōgen adalah cerita satir, cerita yang menertawakan kegagalan, dan cerita humor.

Asal-usul

Kyōgen berasal dari "kyōgen-kigo" (kyōgen-kigyo) yang merupakan istilah agama Buddha untuk kata berbunga-bunga atau cerita yang tidak masuk akal. Istilah kyōgen-kigyo sering dipakai kritikus sastra sewaktu mengkritik cerita roman dan puisi. Istilah ini kemudian digunakan untuk salah satu unsur Sarugaku berupa pertunjukan monomane (seni meniru gerak-gerik dan cara berbicara secara humor). Sejalan dengan perkembangan Sarugaku, istilah "kyōgen" akhirnya dipakai untuk sebagai sebutan untuk teater humor pada pementasan Noh.
Dalam konteks sehari-hari, istilah "kyōgen" dalam bahasa Jepang bisa berarti tindakan untuk menipu orang lain (orang yang pura-pura dirampok disebut kyōgen-gōtō), berbohong atau bercanda, atau tarian yang memancing tawa.

Nama peran

Sama halnya seperti Noh, peran utama dalam kyōgen disebut Shite. Peran pembantu disebut Ado, berbeda dengan Noh yang menyebutnya sebagai Waki. Jika ada lebih dari 2 peran Ado, maka peran tersebut disebut Ado 1 dan Ado 2. Selain itu, istilah Ado hanya digunakan untuk peran pembantu yang paling menonjol, sedangkan selebihnya disebut Tsukgi-ado (sebutan menurut aliran Ōkura) atau Ko-ado (sebutan menurut aliran Izumi). Peran pembantu yang naik ke panggung secara berkelompok disebut Tachishū, sedangkan pimpinan kelompok peran pembantu disebut Tachigashira. Sebutan untuk peran seperti disebut di atas sebenarnya kurang jarang dipakai, kyōgen lebih mengenal sebutan untuk karakter yang tampil dalam cerita, misalnya: Shu atau Teishu (majikan), Tarōkaja (pesuruh laki-laki), atau Suppa (peran penjahat).

Jenis

Secara garis besar, kyōgen dikelompokkan menjadi 3 jenis:
  • Betsu-kyōgen (別狂言, kyōgen spesial?)
Penampilan aktor kyōgen yang memainkan karakter Sanbasō dalam pementasan cerita noh yang berjudul Okina (?).
  • Hon-kyōgen (本狂言, kyōgen tunggal?)
Pementasan kyōgen secara tunggal dan bukan merupakan bagian pertunjukan noh, kalau disebut kyōgen biasanya mengacu pada hon-kyōgen.
  • Ai-kyōgen (間狂言?, kyōgen selingan)
Kyōgen yang dipentaskan sebagai bagian pertunjukan Noh.
Hon-kyōgen masih dikelompokkan menjadi beberapa jenis yang bisa berbeda-beda menurut zaman dan aliran. Di tahun 1792, Ōkura Torahirobon mengelompokkan hon-kyōgen menjadi:
  • Waki-kyōgen (大名狂言?)
Cerita bertemakan kebahagiaan dan keberuntungan.
  • Daimyō-kyōgen (大名狂言?)
Cerita bertemakan tuan dan majikan, daimyō menjadi peran utama dalam cerita.
  • Shōmyō-kyōgen (小名狂言?, kyōgen pesuruh)
Cerita bertemakan tuan dan majikan, pesuruh laki-laki yang disebut tarōkaja menjadi peran utama.
  • Mukojo-kyōgen (聟女狂言?, kyōgen wanita dan menantu pria)
Cerita tentang menantu pria sebagai peran utama yang menumpang di rumah mertua, atau cerita humor kehidupan sehari-hari seperti istri yang mengakali suami atau suami yang tidak bisa diandalkan.
  • Oniyamabushi-kyōgen (鬼山伏狂言?, kyōgen jin dan pertapa)
Cerita dengan raja kematian Yamarāja atau jin (oni) sebagai peran utama (termasuk cerita jin yang menyamar jadi manusia), dan Yamabushi (pertapa yang berasal dari gunung) sebagai peran utama.
  • Shukkezatō-kyōgen (出家座頭狂言?)
Cerita dengan peran utama pendeta, pendeta baru, atau zatō (tunanetra pengembara yang berpakaian mirip pendeta).
  • Atsume-kyōgen (集狂言?, kyōgen serbaneka)
Cerita dengan tema yang tidak termasuk ke dalam hon-kyōgen yang lain.

Aliran

Sesuai dengan tradisi Iemoto, kyōgen sejak zaman Edo terbagi menjadi tiga aliran utama: aliran Ōkura, aliran Izumi, dan aliran Sagi. Sekarang hanya tinggal 2 aliran kyōgen yang tersisa, aliran Ōkura dan aliran Izumi. Di paruh kedua zaman Muromachi hingga awal zaman Edo juga terdapat aliran Nanto-negi yang berintikan seniman kalangan Jin-nin (Jinin). Pada waktu itu, sebagian besar kuil Shinto memiliki kelompok Sarugaku dan menggaji orang yang disebut Jinin untuk bekerja sebagai seniman sekaligus pesuruh. Menurut catatan sejarah, aliran Nanto-negi tercatat sangat populer di zaman Muromachi, tapi ketenarannya mulai memudar di awal zaman Edo sampai akhirnya terserap ke dalam aliran yang besar. Berbagai aliran kecil yang tidak terkenal juga ikut punah, dan hanya meninggalkan naskah kyōgen yang sebagian sempat diterbitkan sebagai buku bacaan di zaman Edo.

Aliran Ōkura

Aliran Ōkura merupakan satu-satunya aliran penerus tradisi Sarugaku Yamato. Keluarga Ōkura Yaemon Tora Akira yang pentas secara turun temurun di gedung teater Komparu-za mendirikan aliran ini di paruh kedua zaman Muromachi.
Sekarang aliran Ōkura terdiri dari keluarga Yamamoto Tōjirō (berpusat di Tokyo), keluarga Ōkura Yatarō (garis keturunan utama), keluarga Shigeyama Sengorō (berpusat di Kyoto), dan keluarga Shigeyama Chūzaburō (berpusat di Kyoto), kelompok Zenchiku Chūichirō (berpusat di Osaka dan Kobe), dan Zenchiku Jūrō yang berpusat di Tokyo.

Aliran Izumi

Aliran Izumi didirikan Yamawaki Izumo no Kami Motonori asal Kyoto di awal zaman Edo. Sekarang aliran Izumi terdiri dari tiga percabangan keluarga: keluarga Nomura Matasaburō (berpusat di Nagoya, disebut juga faksi Nomura), keluarga Nomora Manzō (berpusat di Tokyo, disebut juga faksi Miyake), dan Kyōgenkyōdōsha (berpusat di Nagoya, disebut faksi Nagoya).   
      Nihon buyō                                                                   

 

Nihon buyō (日本舞踊?, tari Jepang) adalah terjemahan bahasa Jepang untuk istilah bahasa Inggris Japanese dance. Istilah "buyō" pertama kali diperkenalkan oleh budayawan Tsubouchi Shōyō dan Fukuchi Genichirō yang yang mengacu pada dua kelompok besar tari klasik Jepang: mai (?) dan odori (?).
Mai adalah menari diiringi nyanyian atau musik tradisional dengan seluruh bagian telapak kaki yang tidak pernah diangkat melainkan diseret-seret (suriashi), walaupun kadang-kadang ada juga gerakan menghentakkan kaki. Gerakan tari bisa dilakukan dengan berputar di dalam ruang gerak yang sempit atau seluruh panggung sebagai ruang gerak. Jenis-jenis tari yang tergolong ke dalam Mai: Kagura, Bugaku, Shirabyōshi, Kusemai, Kōwakamai, Noh (Nōgaku), Jiutamai.
Odori adalah menari diiringi nyanyian atau musik tradisional dengan kaki yang dapat bergerak bebas disertai hentakan kaki untuk mengeluarkan suara, ditambah gerakan tangan yang disesuaikan dengan ritme musik. Nenbutsu Odori dan Bon Odori merupakan contoh tari Jepang yang disebut Odori.

Aliran

Pada saat ini ada sekitar 200 aliran tari Jepang, dengan 5 aliran utama sebagai berikut:
Didirikan tahun 1849 oleh Hanayagi Jusuke yang berguru kepada Nishikawa Senzō IV. Hanayagi Jusuke adalah seorang koreografer ternama untuk Kabuki-buyō (tari yang dilakukan sewaktu pertunjukan Kabuki). Hanayagi-ryū merupakan aliran nihon buyō terbesar di Jepang berdasarkan jumlah murid dan mempunyai Natori sebanyak 15.000 orang. Natori adalah sebutan untuk penari senior yang lulus ujian, menerima "nama panggung" dari guru, dan kadang-kadang diberi hak untuk mengajar.
Didirikan oleh Fujima Kanbē di sekitar tahun 1704-1710. Fujima Kanemon III mendirikan aliran cabang yang disebut Matsumoto-ryū.
Dimulai sejak zaman Genroku oleh Nishikawa Senzō II. Aliran ini mempunyai sejarah lebih dari 300 tahun dan sekarang sudah mencapai generasi ke-10.
Didirikan oleh seorang koreografer sekaligus aktor kabuki terkenal bernama Bando Mitsugoro III, putra dari Bando Mitsugoro I.
Onikenbai.
Tarian ini ditarikan dengan memakai topeng Oni (raksasa Jepang). Tarian ini identik dengan gerakan menghentak tanah yang melambangkan Oni yang membantu manusia untuk mengusir roh jahat di dalam tanah, agar panen dapat berhasil. Kemudian dilanjutkan dengan tarian Nanazumai, yang berarti tarian tujuh kepala. Tarian ini melambangkan siklus pertanian yang merupakan mata pencaharian pokok penduduk Jepang pada zaman dahulu. Tarian ini ditarikan dengan membawa 7 alat yang berbeda, yang masing-masing menceritakan fase-fase dalam pertanian.



Arauma
Arauma adalah tarian tradisional Jepang
yang berasal dari Porpinsi Aomori, kota Okawadi. Tarian ini ditarikan
untuk melambangkan rasa syukur atas hasil pertanian dan rasa terima
kasih penduduk Okawadai kepada kuda-kuda. Arauma ditarikan berpasangan
oleh pria dan wanita. Pria menjai uma (kuda), sedangkan wanita menjadi haneto. Tarian ini diiringi musik taiko (gendang), fue (seruling), dan chappa (simbal), dimana iring-iringan menari berak-arakan sambil menerukan "Rassera~! Rassera~!"


 Asal Usul tata surya
Hipotesis nebula 
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)[1] tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[2] secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.[3]
Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan matahari, pada masa awal pembentukan matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan matahari, dan bersama proses internal matahari, menarik materi berulang kali dari matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.
Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet.[3] Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.[3] Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[4]
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.

Sejarah penemuan

Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
Model heliosentris dalam manuskrip Copernicus.
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya
Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh dengan Pluto.
Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.

hidup berawal dari mimpi

sejarahku aku adalah anak desa yang tak mengerti apa apa panggil saja aku leri umurku 10 tahun, aku anak orang miskin aku dan teman teman sebayaku bermain dan bersenang senang bersama, aku mempunyai teman akrab atau teman sejati bernama dafa aku dan teman sejatiku bermain bersama sama. Pada suatu hari aku dan teman sejatiku pergi ke pasar untung untung nanti bisa dapat makanan kalau tidak aku hanya dapat palak dari para preman aku dan dafa jalan berama dan aku melihat sebuah poster kalau ada sekolah gratis jaraknya dari desaku hanya 19 km walaupun jauh tapi tidak apa apa karena semangatku untuk bersekolah sangatlah kuat. keesokan harinya aku dan dafa langsung bergegas ke seolahanku menaiki sepeda tuaku pemberian ayahku yang sekarang sudah meninggal, perjalananku kesekolah sangatlah sulit yang pertama harus melewati jembatan tua yang sewaktu waktu bisa roboh yang kedua akuharus melewati hutan yang gelap dan masih banyak binatang buas yang ketiga atau yang terakhir aku harus melewati perumahan orang kaya yang banyak anjingnya itu, saat aku melewati perumahan orang kaya aku melihat gadis seumurku dia memberi aku seragamnya yang sudah rusak dan sebuah buku untukku aku menerimanya soalnya aku dan dafa memang belum punya seragam dan aku juga belum punya buku walaupun satu buku tapi bisa untuk berdua sesampainya disekolah aku dan dafa masuk ke kelas ramianya bukan main dalm batinku aku bicara "orang orang ini niat kesekolah tidak ya ?".Sepulang sekolah saat itu hujan deras aku dan dafa nekat ingin pulang agar bisa mengerjakan PRku. Sesampainya aku dirumah aku langsung mengerjakan PR ini dengan temanku dafa rumah ku dipinggir pantai rumahku hanya terbuat dari anyaman bambu tua, saat ada ombak besar pasti rumahku hanyut terbawa sapuan ombak tapi tadi aku diajarkan guruku bahwa apa yang dibawa ombak pasti akan kembali, aku tunggu tidak lama lalu rumahku datang kembali dan  aku langsung mendirikan kembali rumahku dengan ibuku,dan dibantu dafa walaupun seisi rumah basah termasuk bukuku tapi aku sudah bersyukur kepada Allah SWT. Pada suatu saat ada lomba antar sd hadiahnya juara satu bisa bersekolah atau berSMP ke jogja kata guruku jogja adalah tempat profesor atau orang orang pintar aku dan dafa belajar sungguh sungguh agar bisa juara satu. Keesokan harinya saat lomba dimulai aku sangat semangat sekali setelah lomba selesai,pengumumanpun dimulai ternyata aku dengan dafa nilainya sama dan jadi juara satu, keesokan harinya aku berpamitan dengan ibu dan orang orang sekitarku aku terbang naik pesawat meninggalkan manado tempat kampung halamanku sesampainya di jogja aku bermalam dihotel 1 hari, dan kesokan harinya ak bersekolah di smp n1 jogja orangnya ramah dan tidak rame saat pelajaran. 9 tahun berlalu aku bekerja di Universitas Gajah Mada disini aku menjadi dosen pelajaran IPA aku sering keluar negeri dan 1 tahun lagi aku diangkat menjadi profesor sedangkan temanku dafa dia menjadi seniman di Universitas Indonesia dia juga sering keluar negeri untuk menjual hasil lukisannya harganya bisa sampai ratusan juta. setalah aku dan dafa menjadi orang pintar aku dan dafa diberi liburan 1 bulan luburan ini aku pergunakan untuk berkunjung ke kampung halaman aku melihat ibuku dia sudah terlalu tua dan aku menemuinya dia tidak pecaya kalau aku leri lama kelamaan dia tau kalau aku leri dan aku mengajaknya untuk naik haji dan ibuku sangat terharu.       

sejarah manusia purba di indonesia

Tonjolan besar alis pada tengkorak Homo erectus, dan ciri-ciri seperti dahi yang condong ke belakang, bisa dilihat dalam sejumlah ras zaman sekarang, seperti pribumi Malaysia yang ditunjukkan di sini

Tak ada perubahan sedikit demi sedikit dari dulu hingga kini.
Berbagai ragam bentuk fosil tengkorak manusia dan kera yg ditemukan tidak menunjukkan adanya transisi antara monyet ke manusia. Mereka memanfaatkan keanekaragaman bentuk anatomi ras manusia atau kera punah utk mendukung evolusi. Keanekaragaman ini pun hingga kini dapat ditemukan di berbagai belahan dunia
 
Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu - sekarang)
Zaman Kuarter terdiri dari kala Plistosen dan Kala Holosen. Kala Plistosen mulai sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000 tahun yang lalu. Kemudian diikuti oleh Kala Holosen yang berlangsung sampai sekarang. Pada Kala Plistosen paling sedikit terjadi 5 kali jaman es (jaman glasial). Pada jaman glasial sebagian besar Eropa, Amerika utara dan Asia bagian utara ditutupi es, begitu pula Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia dan Pegunungan Himalaya Di antara 4 jaman es ini terdapat jaman Intra Glasial, dimana iklim.